Catatan Kecil Pengajar Muda |
Udah lama sebenarnya pengen baca buku ini, tapi baru
sempet (mampu) beli sekarang ini. Hehe
“Catatan Kecil Pengajar Muda” adalah kumpulan cerita
dari 28 orang pengajar muda. Sebutan
untuk anak-anak muda yang tergabung dalam Yayasan Indonesia Mengajar.
Anak-anak muda ini berani melawan mainstream kemapanan dengan mendedikasikan
satu tahun hidupnya demi menuntaskan janji kemerdekaan “Mencerdaskan kehidupan
bangsa”.
Mereka dikirim ke berbagai pelosok negeri dimana sarana
dan prasarananya kebanyakan jauh dari kata cukup. Disana mereka mengajar di SD
lokal, berbaur dengan masyarakat setempat dan menyelami makna Indonesia selama
setahun penempatan.
Yap “menyelamai makna Indonesia” adalah kata yang
berhasil saya ramu setelah membaca buku ini. Menjadi Indonesia berarti memiliki
berjuta-juta keragaman : bahasa, pulau, budaya. Menjadi Indonesia berarti satu
dalam sejuta perbedaan : suku, agama, hingga warna kulit. Tapi keberagaman
itulah yang justru berhasil kita satukan dalam sebuah kata sederhana namun
sarat makna : Indonesia.
Dibalik kisah mengajar para pengajar muda di buku ini
tersimpan catatan mengenai kondisi riil masyarakat dari ujung negeri di Sabang
sampai ujung lainnya di Marauke.
Juga kisah mengenai rasa nasionalisme dari berbagai
pelosok negeri. Tengoklah cerita seorang Pengajar muda di Fakfak tentang pengalamannya
bersama Ibu Nun Patiran, guru SD ini bercerita mengenai pengalaman pahitnya
yang harus mendayung perahu ke seberang pulau demi mendapatkan pendidikan.
“Suatu
hari saya hendak bersekolah, perahu yang saya tumpangi bersama beberapa teman
tiba-tiba terbalik, kami semua hampir tenggelam saat itu.”katanya
mengenang. “Untung perahu kami masih
belum terlalu jauh dari kampung saat itu sehingga Ayah dan Ibu saya masih
sempat menolong.” Karena terlanjur kedinginan dan kebasahan Ibu Nun tak
ingin melanjutkan perjalanan ke sekolah hari itu.
Tak dinyana sang Ayah berang dan menghardik “Kamong harus tetap sekolah! Bodoh itu
harus berhenti di beta! Beta pu anak cucu semua tidak boleh ada yang bodoh
lai!”
Termotivasi hal tersebut Ibu Nun mendedikasikan hidupnya
untuk menjadi pengajar di desa dan apresiasi tertinggi bagi Ibu Nun adalah kala
melihat anak didiknya sukses. “Saya
merasa jerih payah saya terbayar saat melihat murid saya berhasil, ada yang
jadi pejabat, bekerja sebagai guru, dokter, dan banyak lagi”
Masih ada banyak cerita lagi mengenai Indonesia yang bisa
digali, semua dihadirkan dari kacamata sang pengajar muda selama diwilayah
penempatan.
Tertarik membaca? Boleh pinjam buku saya asal dibarter
sama buku lain juga yaa :p
(Y)
BalasHapushai Kevin, saya lumayan kesulitan mencari buku tsb. saya ingin menghadiahi untuk seseorang yang saat ini bercita cita menjadi pengajar muda, bolehkah saya membelinya dari kamu ? jika iya, boleh email ke sam.ridwan1930@gmail.com
BalasHapusterima kasih banyak