Minggu, 16 Juni 2013

Catatan Kecil Pengajar Muda

Catatan Kecil Pengajar Muda
Udah lama sebenarnya pengen baca buku ini, tapi baru sempet (mampu) beli sekarang ini. Hehe

“Catatan Kecil Pengajar Muda” adalah kumpulan cerita dari 28 orang pengajar muda. Sebutan untuk anak-anak muda yang tergabung dalam Yayasan Indonesia Mengajar.

Anak-anak muda ini berani melawan mainstream kemapanan dengan mendedikasikan satu tahun hidupnya demi menuntaskan janji kemerdekaan “Mencerdaskan kehidupan bangsa”.

Mereka dikirim ke berbagai pelosok negeri dimana sarana dan prasarananya kebanyakan jauh dari kata cukup. Disana mereka mengajar di SD lokal, berbaur dengan masyarakat setempat dan menyelami makna Indonesia selama setahun penempatan.


Yap “menyelamai makna Indonesia” adalah kata yang berhasil saya ramu setelah membaca buku ini. Menjadi Indonesia berarti memiliki berjuta-juta keragaman : bahasa, pulau, budaya. Menjadi Indonesia berarti satu dalam sejuta perbedaan : suku, agama, hingga warna kulit. Tapi keberagaman itulah yang justru berhasil kita satukan dalam sebuah kata sederhana namun sarat makna : Indonesia.

Dibalik kisah mengajar para pengajar muda di buku ini tersimpan catatan mengenai kondisi riil masyarakat dari ujung negeri di Sabang sampai ujung lainnya di Marauke.

Juga kisah mengenai rasa nasionalisme dari berbagai pelosok negeri. Tengoklah cerita seorang Pengajar muda di Fakfak tentang pengalamannya bersama Ibu Nun Patiran, guru SD ini bercerita mengenai pengalaman pahitnya yang harus mendayung perahu ke seberang pulau demi mendapatkan pendidikan.

“Suatu hari saya hendak bersekolah, perahu yang saya tumpangi bersama beberapa teman tiba-tiba terbalik, kami semua hampir tenggelam saat itu.”katanya mengenang. “Untung perahu kami masih belum terlalu jauh dari kampung saat itu sehingga Ayah dan Ibu saya masih sempat menolong.” Karena terlanjur kedinginan dan kebasahan Ibu Nun tak ingin melanjutkan perjalanan ke sekolah hari itu.

Tak dinyana sang Ayah berang dan menghardik “Kamong harus tetap sekolah! Bodoh itu harus berhenti di beta! Beta pu anak cucu semua tidak boleh ada yang bodoh lai!”

Termotivasi hal tersebut Ibu Nun mendedikasikan hidupnya untuk menjadi pengajar di desa dan apresiasi tertinggi bagi Ibu Nun adalah kala melihat anak didiknya sukses. “Saya merasa jerih payah saya terbayar saat melihat murid saya berhasil, ada yang jadi pejabat, bekerja sebagai guru, dokter, dan banyak lagi”

Masih ada banyak cerita lagi mengenai Indonesia yang bisa digali, semua dihadirkan dari kacamata sang pengajar muda selama diwilayah penempatan.

Tertarik membaca? Boleh pinjam buku saya asal dibarter sama buku lain juga yaa :p

  

2 komentar:

  1. hai Kevin, saya lumayan kesulitan mencari buku tsb. saya ingin menghadiahi untuk seseorang yang saat ini bercita cita menjadi pengajar muda, bolehkah saya membelinya dari kamu ? jika iya, boleh email ke sam.ridwan1930@gmail.com

    terima kasih banyak

    BalasHapus