Sabtu, 26 Mei 2012

Ilmu

Tadi barusan aja telpon ke salah satu keluarga di Bukit Tinggi, ya karena dapat titah dari Mama juga si buat nelpon tante. Jadi ceritanya anaknya tante saya ini yang masih kelas 1 SMK lagi bandel, gg mau sekolah. Seminggu lebih gg mau sekolah hingga akhirnya dinyatakan tidak naik kelaslah si anaknya tante ini.

Selanjutnya agar lebih mudah nyebutnya mari kita inisialkan anaknya tante saya ini dengan nama...emmm, sebut saja Bunga. Loh kok Bunga? anaknya tante ini kan cowok tulen. Gpp dong dipanggil Bunga, biar familiar kayag yang di tipi-tipi itu lo kalo ada kasus asusila. #ehh

Oke lanjut ceritanya, kronologisnya jadi si Bunga ini gg mau sekolah karena terpengaruh lingkungan sekitarnya dimana remaja seumuran Bunga ini biasanya lebih tertarik cari duit daripada melanjutkan pendidikan, maklum di desa. Karena iman yang kurang kuat terpengaruhlah si Bunga ini, coba-cobalah dia kerja selama beberapa minggu jadi buruh disana-sini beranggapan bahwa cari duit itu gampang dan menyenangkan.

Tapi dasarnya bocah setelah beberapa minggu kerja akhirnya baru sadar bahwa it's not easy. Mendengar kebandelan si Bunga ini keluarga besar jadi heboh, berbondong-bondong berusaha membujuk si Bunga dengan berbagai iming-iming dan ancaman. "Kalo gg sekolah mau jadi apa? Kuli?', "Sini pindah sekolah aja kalo gg betah disekolah lamanya", tak ketinggalan Mama ikut ngebujuk "Sekolah dulu aja, sebentar lagi kan Mas Kevin lulus biar dikuliahin Mas Kevin nanti (ya ampun Ma) ." dan berbagai rayuan maut lainnya.

Setelah dibujuk sedemikian rupa akhirnya tobatlah si Bunga ini. Tapi tobatnya sudah terlambat karena masa ujian sudah lewat dan si Bunga ini sukses melewatkan masa ujian semester di sekolahnya, nekat ya ni bocah? Akhirnya gag naik kelas lah si Bunga, terpaksa mengulang lagi satu tahun. But it's Okey, kadang pengalaman memberi banyak wawasan baru tapi harus ditebus dengan harga mahal. Kayak tobatnya si Bunga ini yang harus ditebus dengan satu tahun lagi mengulang sekolahnya.

Well, apa pelajaran yang bisa kita petik? bahwa ternyata inisial Bunga tidak hanya bisa digunakan untuk mereka yang jadi korban pelecehan, tapi juga bisa kita modifikasi sedemikian rupa untuk inisial pada anak yang suka bolos sekolah, tergantung kreatifitas kita masing-masing. Jadi untuk para orangtua jangan sekali-sekali menamai anaknya Bunga karena nanti rawan jadi bahan olok-olokan. #Gg nyambung kan ya?

Oke, seriusnya gini. Orang kadang menganggap "gelar" itu segala-galanya. Kalo dapat gelar sarjana kesannya kayak orang cerdas terdidik gitu, kerjanya pasti enak dan bisa dipake buat maju jadi caleg atau gg sekurang-kurangnya dikartu undangan pernikahan ntar biar ada gelarnya gitu.

Padahal esensi pendidikan itu buat saya ya agar kita terampil menggunakan segala potensi dalam diri kita sebagai bekal hidup kelak, mengasah kita berpikir logis agar bisa mudah menerima berbagai ilmu baru nantinya, syukur-syukur bisa mengembangkan yang baru atau yang sudah ada. Kalo ada yang berpikir "ahh, sekolah itu biar ada ijazah jadi gampang cari kerja" bagaimana? Kata temen ini termasuk golongan yang tidak mencintai ilmu. Bener kan? tidak menikmati setiap ilmu yang bisa dia hirup dari kampus/sekolah, tidak bisa menikmati setiap pengetahuan baru yang dia ambil dari tumpukan buku kuliah berharga mahal itu.

Jadi sejatinya manusia itu bukan makhluk kalau tidak berilmu, tanaman saja berilmu, binatangpun berilmu. Kenapa manusia yang berakal cerdas tidak mencintai ilmu?

Semoga bermanfaat :)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar