Hari ini setelah menghadiri pelantikan Presiden BEM dan ketua Umum LT, UKM, HMJ di gedung AA, yang dengan tanpa dosa saya terlambat selama 2 jam!! (undangan pkl 07.30, baru datang pukul 09.30) Hha. Kemudian galau karena harus memilih antara tidur siang di kos dengan main futsal bersama rekan-rekan organisasi. Ahh diputuskan saja untuk pulang ke kos kemudian browsing internet dan menemukan sesuatu yang interesting banget.
Guess what??
Blognya Indonesia Mengajar.
Hha gag penting ya kayaknya.
Eits, tapi ini inspiratif banget sumpah, FYI mungkin banyak yang udah pada tau kalau ini tu program yang ngirim orang-orang muda atau yang berprestasi untuk ngajar di pelosok tanah air. Mereka ditempatkan selama satu tahun disana. Dan sempat baca waktu mampir di blognya Indonesia Mengajar ada beberapa cerita dari pengajar muda yang ditempatkan didaerah, ceritanya ada yang bikin terharu, bangga, iri, merinding, takjub (kalau mulai allay abaikan saja, hha)..
Yang menarik lagi adalah, ia selalu melontarkan pertanyaan dan pernyataan yang menggelitik, cenderung berani, dan kadang-kadang diluar dari kebiasaan anak-anak seusianya.
Simak saja beberapa contoh penyataan dan pertanyaan Lia:
“Saya sudah ingin sekali besar, supaya bisa kuliah di Jakarta. Nanti saya sms ibu kalau saya sudah kuliah di Jakarta. Tapi, mana ada kuliah di Jakarta, ke Lhokseumawe aja saya jarang. Kalau ke Jakarta, nanti ketabrak Monas hehe...!,” Candanya.
“Saya juga ingin masuk koran kayak ibu. Saya mau juga masuk TV. Pasti seneng banget. Nanti orang tua saya bangga. Pasti orang-orang di desa ini nggak percaya ya bu? hehe..., kata Lia.
“Ibu seneng nggak tinggal di sini? kenapa, disini kan desa? Oh... saya tahu karena ibu selalu senang kalau kami semua rajin belajar dan rajin menulis cerita kan? Ibu kenapa sih, setiap hari selalu menyuruh kami menulis?,”
“Hallo..., ibu kemana aja, kenapa nggak pulang-pulang? Lia kangen nih. Anak-anak di sini nyariin ibu. Oya bu, cerita saya sudah jadi tiga judul nih. Yang judulnya “Menjadi Pengajar Muda” juga udah jadi. Yang dua lagi nanti ya bu. Besok kan udah sekolah, ibu pulang kan?,” tanya Lia bertubi-tubi.
itu kutipan cerita dari Blognya, lebih lengkap baca disini -->TKP .
Tapi kalau diingat-ingat lagi rasanya saya pernah juga mengadakan program sosial semacam ini semasa aktif di BEM. Jadi ceritanya ada daerah yang kami anggap tertinggal dari aspek pendidikan, nama desanya Srigading. Kami sempat mengadakan program edukasi disini, ada beberapa cerita yang rasanya agak miris ketika mendengarnya, bahwa SD disini pengajarnya semua Bapak-bapak, yang tiap pagi harus menempuh jalan berbukit-bukit yang belum teraspal (makadam/berbatu-batu). Treknya saja luarbiasa menantang, ketika turun dari desa saya dan rekan-rekan berkali-kali jatuh dari sepeda motor karena jalan licin dsb.
Ada salah satu pengajar yang tinggalnya di daerah Turen, buat yang gg tau jarak Turen ke SD di desa tersebut itu makan waktu gg kurang dari satu setengah jam perjalanan, dan itulah jarak yang harus beliau tempuh pulang pergi setiap hari. Gaji guru disanapun kadang harus mereka sisihkan untuk mencukupi operasional sekolah. Sehabis pembagian rapot biasanya juga mereka selalu membagikan buku, alat tulis, kotak pensil dll agar setelah liburan murid-murid tetap kembali ke sekolah. Apa coba namanya kalau bukan benar-benar pengabdian yang mereka lakukan itu.
Ada salah satu pengajar yang tinggalnya di daerah Turen, buat yang gg tau jarak Turen ke SD di desa tersebut itu makan waktu gg kurang dari satu setengah jam perjalanan, dan itulah jarak yang harus beliau tempuh pulang pergi setiap hari. Gaji guru disanapun kadang harus mereka sisihkan untuk mencukupi operasional sekolah. Sehabis pembagian rapot biasanya juga mereka selalu membagikan buku, alat tulis, kotak pensil dll agar setelah liburan murid-murid tetap kembali ke sekolah. Apa coba namanya kalau bukan benar-benar pengabdian yang mereka lakukan itu.
Murid-murid SD disini kritis motivasi untuk bersekolah, banyak yang begitu lulus SD sudah langsung dinikahkan oleh orang tuanya. Atau malah orangtuanya malas untuk menyekolahkan anaknya karena menganggap mengurus kebun lebih baik. Walhasil ketika kami masuk ke SD tersebut antusias sekali anak-anak usia sekolah menyambut kami, bahkan mereka selalu berkerumun di basecamp memperhatikan aktifitas kami.
Yang kami lakukan disana saat itu mungkin belum berarti banyak, tapi mengutip kalimat yang juga saya dapat dari Blog Indonesia Mengajar, bahwa :
Yang kami lakukan disana saat itu mungkin belum berarti banyak, tapi mengutip kalimat yang juga saya dapat dari Blog Indonesia Mengajar, bahwa :
"Aku selalu percaya bahwa mendatangkan kebahagiaan pada satu hati dengan satu perbuatan baik adalah lebih baik daripada seribu kali menundukan kepala dalam doa"
Antusias sekali mengikuti kegiatan kami |
Mereka juga anak Indonesia :) |
Sayang karena keterbatasan dokumentasi, gg lengkap fotonya terutama kegiatan di sekolahnya. By the way, yang kami berikan mungkin kecil dan belum sempurna, tapi sekecil apapun tetap jauh lebih baik daripada tidak sama sekali kan?.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar