Kamis, 27 Oktober 2011

Trafic Jam

Kemacetan di Jl. Sukarno Hatta
Ini macet yang saya hadapi setiap pagi sebelum berangkat kuliah. Gambar diambil pukul 06.45 wib. Kalau pengamatan saya pribadi macet ini disebabkan Jl. Soekarno Hatta dan Jl. Veteran yang memang merupakan daerah kampus, tercatat ada 4 kampus besar disepanjang jalan ini yaitu UM, UB, Politeknik Negeri Malang dan ITN. Belum termasuk juga ada sekitar 3 SMA/SMK di kawasan ini. 


Bayangkan kalau setiap pagi setengah saja dari mahasiswa kampus tersebut berangkat kuliah di jam yang sama? Tentu luar biasa kepadatan lalu lintasnya. Beberapa hari yang lalu sempat di uji coba trafic light di pertigaan jembatan Suhat depan kampus UB, hasilnya? Tambah macet gg karu-karuan, akhirnya sekitar pukul 4 sore trafic light di nonaktifkan dan belum diaktifkan lagi sampai sekarang, trafic light tersebut gugur di hari pertamanya bertugas.

Dalam skala Indonesia, negeri ini seringkali dibuat pusing dengan masalah lalu lintas, kota-kota besar menghadapi macet yang sangat mengganggu. Di Jakarta misalkan, (kata rekan saya) berangkat ke sekolah harus pukul 5 pagi kalau tidak ingin terlambat, itupun tetap dengan menghadapi kemacetan. Di Jatim sendiri icon kota metropolitan disandang Surabaya, walaupun belum seheboh Jakarta kemacetannya, beberapa waktu lalu sempat muncul usulan tol tengah kota oleh beberapa kalangan yang 'berkepentingan' untuk mengurai kemacetan di kota Surabaya. Yang kalau diwujudkan banyak warga yang akan tergusur, selain itu juga tol kan bersifat eksklusif, kendaraan tertentu saja yang boleh melintas. Untung walikotanya yang walaupun seorang perempuan tegas sekali menolak, sampai-sampai tidak mau hadir dalam mediasi yang diselenggarakan DPR kotanya.


Solusinya? Untuk jangka pendek tentu saja dengan manajemen lalu lintas yang tepat. Jangka panjangnya adalah bagaimana mengubah kebiasaan bangsa ini yang suka sekali menggunakan kendaraan pribadi. Penambahan ruas jalan tentu tidak mudah (kalau gg mau dibilang tidak mungkin). Selain cuma bisa dijadikan solusi sementara penambahan ruas jalan juga bisa secara tidak langsung merupakan insentif untuk masyarakat membeli kendaraan baru, yang ujung2nya juga berarti penambahan volume kendaraan dijalan, suatu saat macet lagi, begitu seterusnya. Jadi intinya adalah mengubah habit/kebiasaan kita dari yang gemar mengendarai kendaraan pribadi beralih ke kendaraan massal. "Tapi masalahnya kendaraan massal yang murah, aman dan nyaman belum ada, atau mungkin ada tapi sebatas di kota besar itupun terbatas". Nah ini persoalan lain, sayapun tidak punya jawabannya. 

Kembali ke lingkup Kota Malang, penyumbang kemacetan pada jam-jam tertentu itu bisa dibilang 70% adalah mahasiswa. Solusi konkretnya barangkali perlu dihidupkan budaya bersepeda di lingkungan kampus, UI punya program eco campus yang menyediakan peminjaman sepeda gratis tersebar di penjuru kampus, cukup dengan kartu mahasiswa sepeda itu bisa dipakai sesuka hati asalkan masih di area kampus. Setau saya ITS pun menyusul dengan program tersebut beserta larangan membawa kendaraan bermotor didaerah-daerah tertentu. Bayangkan kalau seisi kampus menggunakan sepeda pancal, tanpa kendaraan bermotor yang bersliweran di area kampus!! tentu nyaman sekali rasanya, badan sehat, udara sejuk, dan mengurangi global warming juga. 

"Tapi kan capek, panas, gg praktis, apalagi kalau jarak tempuhnya jauh" hemm sekali lagi ini masalah kebiasaan. :D


Tidak ada komentar:

Posting Komentar